Jumat, 24 Oktober 2014

MAKALAH PENGEMBANGAN BUDIDAYA IKAN KERAPU

MAKALAH
PENGEMBANGAN BUDIDAYA IKAN KERAPU



HENDRI PURWADI
1205035127


FAKULTAS ILMU KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
PENDIDIKAN GEOGRAFI
UNIVERSITAS MULAWARMAN
SAMARINDA
2014
Kata Pengantar
Assalamu’alaikum warahmatullahi wabarakatu. Segala puji bagi Allah yang telah memberikan kami kemudahan sehingga dapat menyelesaikan makalah ini. Shalawat dan salam semoga terlimpah curahkan kepada baginda tercinta kita yakni Nabi Muhammad SAW. Makalah ini dibuat agar penulis serta pembaca dapat memperluas ilmu tentang "pengembangan budidaya ikan kerapu", yang saya sajikan berdasarkan pengamatan dari berbagai sumber.
Makalah ini memuat tentang “pengembangan ikan kerapu” yangberguna bagi masrakat Indonesia dikarenakan Indonesia merupakan Negara maritime yang kaya akan hasil laut, sehingga salah jika kita sebagai masrakat Indonesia tidak memanfaatkannya, untuk itu saya mencoba menjelaskan atau memberi pandangan mengenai salah satu busisaya kekayaan hasil laut indonesia. Agara masyarakat Indonesia dapat berfikir kreatif dan dapat memaksimalkan hasil laut Indonesia.
Makalahsaya sadari ini kurang sempurna untuk itu saran yang membangun untuk makalah ini sangat saya perlukan agar makalah ini lebih baik lagi, dan dapat berguna untuk kita semua. Semoga makalah ini dapat memberikan pengetahuan yang lebih luas kepada pembaca. Walaupun makalah ini memiliki kelebihan dan ke kurangan.

Samarinda, 7 Oktober 2014


Penyusun
Hendri Purwadi





Daftar Isi
Cover........................................................................................................ i
Kata Pengantar.............................................................................................. ii
Daftar Isi............................................................................................................ iii
BAB I PENDAHULUAN................................................................................... 1
1.1 Lata Belakang.................................................................................................. 1
1.2 Rumusan Masalah................................................................................................... 2
1.3 Tujuan ............................................................................................... 2
BAB II TINJAUAN PUSTAKA............................................................................................. 3
2.1 Profil Kerapu Bebek..................................................................................................... 3
BAB III ANALISA BUDIDAYA ........................................................... 6
3.1 Pemilihan Lokasi...................................................................................................... 6
3.2 Persyaratan Kualitas Air........................................................................................................... 7
3.3 Teknik Budaya .................................................................................. 7
3.4 Pemasaran ...................................................................................... 17
3.5 Perilaku Konsumen.............................................................................................. 24
3.6 Strategi Pemasaran Ikan Kerapu Oleh Nelayan ................................ 25
3.7 Strategi Pemasaran Ikan Kerapu Oleh Pedagang Ikan Kerapu ......... 26
BAB IV NUTUP................................................................................................. 28
4.1 Kesimpulan............................................................................................ 28
4.2 Saran..................................................................................................... 28

BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Indonesia sebagai negara kepulauan mempunyai potensi sumberdaya ikan yang sangat melimpah. Dalam pembangunan sektor perikanan selain sebagai  penyokong kebutuhan protein hewani bagi masyarakat juga membuka lapangan kerja, menambah pendapatan masyarakat serta sebagai sumber devisa negara.. Budidaya laut adalah upaya manusia melaui masukan tenaga kerja dan energi, untuk meningkatkan produksi organisme laut ekonomis penting dengan memanipulasi laju pertumbuhan, mortalitas dan reproduksi. Kegiatan budidaya telah dilakukan oleh manusia sejak dulu yaitu  pemeliharaan dalam media air dengan pemberiam makanan untuk organisme air yang dipelihara.
Ikan Kerapu umumnya dikenal dengan istilah "groupers" dan merupakan salah satu komoditas perikanan yang mempunyai peluang baik di  pasar domestik maupun pasar internasional dan selain itu nilai jualnya yang cukup tinggi dan termasuk ikan primadona eksport. Ikan Kerapu mempunyai sifat-sifat yang menguntungkan untuk dibudidayakan karena pertumbuhannya cepat dan dapat diproduksi masal, untuk melayani permintaan pasar ikan kerapu dalam keadaan hidup. Berkembangnya  pasaran ikan kerapu hidup karena adanya perubahan selera konsumen dari ikan mati atau beku kepada ikan dalam keadaan hidup, telah mendorong masyarakat untuk memenuhi permintaan pasar ikan kerapu melalui usaha budidaya.Salah satu  jenis ikan yang mempunyai potensi untuk dibudidayakan adalah jenis ikan kerapu  bebek (Cromileptes altivalis) karena memiliki nilai ekonomi yang tinggi. Ikan kerapu bebek atau kerapu tikus (Cromileptes altivelis), sejenis ikan karang, berprospek cukup cerah karena kelezatan dagingnya. Permintaan terus meningkat, baik untuk pasar ekspor maupun lokal. Harga jualpun sangat tinggi,  bias mencapai ratusan ribu rupiag per kilogram.
Peluang budidaya terbuka luas karena lahan karena lahan usaha budidaya cukup tersedia dan keuntungannya  besar. Dilihat dari prospek pasar ikan kerapu bebek yang merupakan sebagai salah satu komoditas unggulan, maka usaha kerapu bebek bisa menjadi salah satu  pilihan untuk di kembangkan, Ikan kerapu bebek selain untuk konsumsi juga bisa sebagai ikan hias saat ukuran benih atau pendederan (3-7 cm). Bentuk dan warnanya yang menarik yaitu bintik-bintik kebiru-biruan agak kuning terang sehingga enak dilihatnya.
2.2 Rumusan Masalah
1. Bagaimana prospek pembudidayaan ikan kerapu ?
2. Bagaimana tingkat produksi dan konsumsi ikan kerapu ?
3. Bagaimana pengembangan kekayaan maritime di Indonesia ? 
2.3 Tujuan
1. Untuk memperoleh pengetahuan, tentang biologi, teknik  pembudidayan dan pemasaran ikan Kerapu Bebek (Cromileptes altivelis).
2. Untuk mengetahui tingkat produksi dan konsumsi dari ikan kerapu tersebut.
3. Untuk mengetahui pengembangan kekayaan maritim terutama budidaya ikan kerapu.












BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Profil Kerapu Bebek
Kerapu bebek atau kerapu tikus (Chromileptes altivelis) adalah jenis ikan dari keluarga Serranidae yang ditemukan di Australia, Cina, Guam, Hong Kong, India, Indonesia, Jepang, Kenya, Malaysia, Kaledonia Baru, Kepulauan Mariana Utara, Papua Nugini, Filipina, Pulau Pitcairn, Singapura, Taiwan, Thailand, Vietnam dan mungkin di Mozambique dan di Vanuatu. Habitat alaminya adalah karang laguna pantai. Jenis ini terancam kehilangan habitatnya. Dalam bahasa Inggris, kerapu bebek disebut humpback grouper atau panther grouper Ikan kerapu bebek merupakan salah satu jenis ikan laut yang dapat dibudidayakan dan harganya cukup tinggi. Usaha pembesarannya dengan menggunakan keramba jaring apung sudah dikembangkan di masyarakat, namun konsekuensi dan perkembangan usaha pembesaran ikan kerapu bebek tersebut menuntut ketersediaan benih yang siap di tebar. Benih tersebut harus berkualitas,  jumlah cukup dan terus menerus.
Menurut akbar (2002), Ikan kerapu bebek adalah jenis ikan karang yang hanya hidup dan tumbuh cepat di daerah tropis, Ciri khasnya terletak pada bentuk moncong yang menyerupai bebek sehingga disebut kerapu bebek. Adapun klasifikasi adalah sebagai berikut :
Phyllum                 :  Chordata
Subphylum            :  Vertebrata
Class                     :  Osteichyes
Subclass               :  Actinopterigi
Ordo                      :  Percomorphi
Subordo                :  Percoidea
Family                   :  Serranidae
Subfamili               :  Epinephihelinae
Genus                   :  Cromileptes
Spesies                 :  Cromileptes altivelis
Menurut akbar (2002), menyebutkan bentuk tubuh bagian punggung meninggi dengan bentuk cembung (concaver). Ketebalan tubuh sekitar 6,6 – 7,6 cm dari panjang spesifik sedangkan panjang tubuh maksimal sampai 70 cm. Ikan ini tidak mempunyai gigi canine (gigi yang terdapat dalam geraham ikan) lubang hidung hidung besar berbentuk bulan sabit dertical, kulit berwarna terang abu-abu kehijauan dengan bintik-bintik hitam diseluruh kepala, badan dan sirip. Pada kerapu bebek muda, bintik hitamnya lebih besar dan sedikit.
Ikan kerapu bebek merupakan jenis ikan bertipe hermaprodit protogini, yaitu pada tingkat perkembangan mencapai dewasa (matang gonad), proses diferensiasi gonadnya berjalan dari fase betina ke fase jantan atau dapat dikatakan ikan kerapu bebek ini memulai siklus hidupnya sebagai ikan betina kemudian berubah menjadi ikan jantan. Fenomena perubahan jenis kelamin pada ikan kerapu bebek sangat erat hubungannya dengan aktivitas pemijahan umur ikan, indeks matang kelamin, dan ukuran tubuh.  Induk kerapu bebek yang ditangkap di alam memiliki ukuran kecil dan pada umumnya berjenis kelamin betina.  Induk ikan akan mengalami pematangan kelamin sepanjang tahun (Effendi, 2002) dalam (Chandra, 2010).
Umumnya kerapu bersifat soliter tetapi pada saat akan memijah akan bergerombol musim pemijahan ikan kerapu terjadi pada Bulan Juni – September dan Nopember – Februari terutama pada perairan kepulauan Riau, Karimun, Jawa dan Irian Jaya. Berdasarkan perilaku makannya ikan kerapu menempati struktur tropik teratas dalam piramida rantai makanan salah satu sifat buruk dari ikan kerapu adalah sifat kanibal tapi pada kerapu bebek sifat kanibalis tidak seburuk pada kerapu macan dan kerapu lumpur ( Tampubulon dan Mulyadi, 1989).
Daerah persebaran ikan kerapu di Indonesia banyak ditemukan di perairan perairan Pulau Sumatera, Jawa, Sulawesi, Pulau Buru, Seram dan Ambon. Menurut Papilaya (2010), telur dan larva ikan kerapu bersifat pelagis, sedangkan kerapu muda dan dewasa bersifat demesal. Habitat favorit larva dan kerapu tikus muda adalah perairan pantai dengan dasar pasir berkarang yang banyak dan ditumbuhi padang lamun. Parameter-parameter ekologis yang cocok untuk pertumbuhan ikan kerapu antara lain temperatur antara 24o–31oC, salinitas berkisar antara 30-33ppt, kandungan oksigen terlarut lebih dari 3,5ppm, dan pH antara 7,8-8.
Menurut Murtidjo (2002), dasar laut yang disukai oleh kerapu bebek (Cromileptes altivelis) adalah perairan yang terdiri atas pasir karang yang terdapat di perairan dangkal dengan kedalaman berkisar antara 10 m- 40 m.
Kerapu bebek bersifat hermaprodit protogini, yaitu pada perkembangan mencapai dewasa (matang gonad) berjenis kelamin betina dan akan berubah menjadi jantan apabila tumbuh menjadi lebih besar  atau bertambah tua umurnya, fenomena ini berkaitan erat dengan aktivitas pemijahan, umur, indeks kelamin, dan ukuran. Kerapu matang gonad pada ukuran panjang 38 cm .Umumnya kerapu bersifat soliter tetapi pada saat akan memijah akan bergerombol musim pemijahan ikan kerapu terjadi pada Bulan Juni – September dan Nopember – Februari terutama pada perairan kepulauan Riau, Karimun, Jawa dan Irian Jaya. Berdasarkan perilaku makannya ikan kerapu menempati struktur tropik teratas dalam piramida rantai makanan salah satu sifat buruk dari ikan kerapu adalah sifat kanibal tapi pada kerapu bebek sifat kanibalis tidak seburuk pada kerapu macan dan kerapu lumpur.( Tampubulon dan Mulyadi, 1989)
ikan kerapu bebek merupakan jenis ikan bertipe hermaprodit protogini, yaitu pada tingkat perkembangan mencapai dewasa (matang gonad), proses diferensiasi gonadnya berjalan dari fase betina ke fase jantan atau dapat dikatakan ikan kerapu bebek ini memulai siklus hidupnya sebagai ikan betina kemudian berubah menjadi ikan jantan. (Effendi, 2002)










BAB III
ANALISIS BUDIDAYA
3.1 Pemilihan Lokasi
Pemilihan lokasi yang sesuai sangat penting bagi kelangsungan usaha  budidaya kerapu bebek. Beberapa faktor yang perlu dipertimbangkan diantaranya sebagai berikut (Trubus, 2009):
1.Gangguan Alam Gangguan alam adalah faktor yang terjadi secara alami, seperti ombak, gelombang, dan arus yang kuat terjadi terus menerus. Dampaknya berupa stress  pada ikan sehingga mengurangi selera makan ikan dan juga dapat merusak konstruksi wadah budidaya seperti karamba jaring apung.
2.Predator Beberapa jenis ikan dapat mengancam kehidupan dan mengganggu ketenangan ikan sehingga menyebabkan menurunnya produksi. Ikan-ikan tersebut di antaranya ikan buntal dan ikan besar yang ganas
3.Pencemaran Lingkungan perairan seringkali tercemar oleh limbah berupa bahan kimia  berbahaya, sisa pestisida, plastik, detergen, atau sampah organik. Semua dapat mengganggu kesehatan dan kehidupan ikan. Bahkan bahan kimia tertentu, terutama yang mengandung logam berat atau bahan beracun dapat mengancam kehidupan ikan dan orang yang mengkonsumsinya.
4.Lalu lintas Laut Lalu lintas kapal atau perahu nelayan dapat mengganggu ketenangan usaha  budidaya. Selain itu, kapal-kapal besar juga berpotensi mencemari lingkungan  perairan dengan buangan limbah atau sisa minyak yang menjadi bahan bakarnya. Berdasarkan pertimbangan-pertimbangan di atas, lokasi budidaya sebaiknya di teluk, selat di antara pulau-pulau berdekatan, atau perairan terbuka dengan terumbu karang penghalang (barrier reef) yang cukup panjang. Selain itu kondisi air harus jernih dan bebas dari fenomena alam arus balik (upwelling) (Trubus, 2009).
 Pemilihan lokasi yang sesuai sangat penting bagi kelangsungan usaha budidaya ikan kerapu bebek, sehingga diharapkan dalam melakukan usaha  pembenihan ikan kerapu bebek pengusaha memilih lokasi disekitar pantai, dengan harapan mudah untuk mendapatkan suplay air laut, selain itu transportasi kepembenihan harus lancar dan tersedia sumber air tawar.

3.2 Persyaratan Kualitas Air
Syarat yang harus dipenuhi dalam melakukan budidaya kerapu bebek adalah kualitas air. Kejernihan suatu perairan belum tentu memberi jaminan kualitas air, namun kejernihan setidaknya cukup untuk menduga kondisi air itu baik atau  buruk. Menurut ketut sugama (2000) untuk memastikan kualitas air perlu dilakukan pemeriksaan parameter kualitas air diantaranya: Kecerahan minimal 3— 5 meter, Kadar garam (salinitas) 30 —33 ppt, Suhu air 24 00C-230C, pH air 7—9, Kandungan oksigen terlarut (DO,dissolved oxygen) minimal 3 ppm Secara lengkap, standar mutu perairan untuk budidaya biota laut tertuang dalam Surat Keputusan Menteri Negara Kependudukan dan Lingkungan Hidup No. KEP 02/MENKLH/1/1988.
Berdasarkan kriteria tersebut, Direktorat Jenderal Perikanan memperkirakan perairan Indonesia memiliki  potensi areal yang cukup besar untuk usaha pembudidayaan kerapu, yakni seluas 506.000 ha tersebar di hampir seluruh wilayah Indonesia (Trubus, 2009).
3.3 Teknik Budidaya
3.3.1 Wadah budidaya
Dalam melakukan persiapan wadah dan air ini perlu pengetahuan mengenai kehidupan/biologi ikan kerapu tersebut, khususnya lingkungan yang diperlukan untuk hidup dan kehidupannya. Bak yang digunakan untuk ikan kerapu ini dapat berupa bak beton, fiberglass, bak kayu dilapisi plastik atau akuarium. Ukuran bak dapat bermacam-macam dan biasanya dapat menentukan kepadatan dan ukuran benih yang akan ditebar. Hal yang harus diperhatikan adalah kemudahan dalam pengaturan aerasi dan pengelolaan air pada bak tersebut. Jadi bak harus dilengkapi dengan pipa pemasukan dan pipa pengeluaran air. Bak yang digunakan untuk kerapu ini dapat berbentuk bulat atau empat persegi Panjang.
Salah satu gambaran bentuk bak yang digunakan untuk kerapu adalah bak  beton berbentuk empat persegi panjang dengan ukuran 1,2 m x 4 m x 0,8 m yang dapat diisi air sekitar 2,5-3,5 m3. Pada bak ini dapat ditebar 2500-3500 ekor benih kerapu yang berukuran 1.5– 3 cm atau dengan padat tebar sekitar 1 ekor/liter. Pada salah satu sisi panjang bak ini dilengkapi dengan pipa PVC ¾ inci sebagai saluran aerasi. Pipa saluran aerasi diberi lubang sebanyak 4 buah dengan jarak antar lubang dibuat sama. Selang aerasi yang digunakan berdiameter 1/16 inci, setiap selang aerasi dilengkapi dengan batu aerasi dan pemberat. Jarak batu aerasi dengan dasar bak sebaiknya 5-10 cm. Pada bak beton tersebut dibuatkan saluran  pemasukan untuk memasukkan air dari bak tandon, dapat berupa pipa PVC  berukuran ¼ inci yang dilengkapi dengan keran.
Disamping itu disalah satu sisi  bagian yang lain dibuatkan saluran pengeluaran yang terbuat dari bahan pipa PVC dengan diameter 2 inci yang dilengkapi pula dengan keran. Dasar bak dibuat miring 2-3% ke arah pembuangan. Penggunaan bak dari bahann fiberglass umumnya berukuran 2.5 m x 1.2 m x 0.7 m yang dapat diisi air sekitar 2 m3, hanya dapat ditebari benih ikan kerapu sebanyak 2000 ekor per wadah dengan kepadatan dan ukuran benih yang sama. Bak ini juga dilengkapi dengan pipa  pemasukan dan pengeluaran air serta selang aerasi. Sebelum benih ditebar, bak  pemeliharaan dan peralatan yang akan digunakan harus dibersihkan terlebih dahulu. Bak disiram dengan desinfektan berupa larutan kaporit 100-150 ppm pada seluruh sisi bagian dalam bak dan didiamkan selama 24 jam.
Penyiraman\ dengan kaporit ini untuk mempermudah pekerjaan membersihkan dasar dan dinding bak dari kotoran yang menempel. Setelah itu bak danperalatan disikat dan dibilas dengan menggunakan air tawar sampai bau kaporit hilang, kemudian dikeringkan selama sehari. Kegiatan pembersihan ini bertujuan pula agar semua organismeselama 5 hari. Bila tidak mau makan, dapat diberikan suntikkan dengan penicillin 3.000 unit per kg ikan.
3.3.2. Penyediaan Air
Air laut yang akan digunakan secara fisik, kimiawi maupun biologis harus memenuhi syarat untuk kehidupan ikan kerapu. Air laut dapat diambil dari laut dengan jarak 100-300 m dari garis pantai, tergantung kelayakan kondisi air laut tersebut. Air untuk pendederan kerapu  yang dipompa dari laut sebaiknya disaring terlebih dahulu melewati saringan pasir (sand filter) yang diletakkan pada ujung pipa berdiater 4 inci. Air tersebut kemudian ditampung pada bak penyaringan. Di dalam bak penyaringan (bak filter) ini disusun batu kali, kerikil, arang dan ijuk sehingga air yang melewati saringan ini akan terbebas dari kotoran.
Setelah dari bak filter, air dialirkan ke tandon (reservoar) dan siap digunakan sebagai media untuk pendederan ikan. Pada bak tandon ini sebaiknya dilakukan aerasi secara terus menerus, agar oksigen terlarut dalam air dapat terpenuhi sesuai dengan kebutuhan ikan dan untuk melepaskan bahan-bahan beracun ( Akbar S, Sudaryanto 2002 )
Bak penetasan telur yang sekaligus merupakan bak pemeliharaan larva dengan penambahan phytoplankton Chlorella, dengan kepadatan 5.103-104sel/ml. Phytoplankton akan menggeliminir pembusukkan yang ditimbulkanoleh telur yang tidak menetas dan sisa cangkang telur yang ditinggalkan.Pembersihan dasar bak dengan cara penyiponan dilakukan pada hari pertama dengan maksud untuk membuang sisa-sisa telur yang tidak menetas dan cangkang telur.
Penggantian air dilaksanakan pertama kalipada saat larva berumur 6 hari (D6) yaitu sebanyak 5 – 10%. Penggantian air dilakukan setiap hari dan dengan bertambahnya umur larva, maka volume air perlu diganti juga semakin banyak. Pada saat larva telah berumur 30 hari (D30) pengganti air dilakukan sebanyak 20% dan bila larva telah berumur 40 hari (D40) air yang diganti sebanyak 40% ( Sunyoto, P. dan Mustahal. 2002 )
3.3.3. Pemeliharaan Induk
Salah satu kunci keberhasilan dalam pembenihan adalah pemilihan induk yang tepat.Oleh karena itu perlu dilakukan pemilihan dan penyeleksian terhadap calon induk yang akan dibenihkan. Adapun syarat induk yang siap dipijahkan menurut pramu sunyoto (1994) adalah harus sehat, tubuh tidak cacat, mempunyai ukuran berat yang siap dipijahkan. Ukuran berat calon induk Kerapu Tikus yang siap pijah adalah 1,5-3,5 kg untuk jantan sedangkan untuk betina 1-3 kg.
Induk diperoleh atau dibeli dari nelayan dalam keadaan hidup kemudian dipelihara didalam bak induk yang terlebih dahulu disuci hamakan dengan cara merendam dalam larutan bahan aktif campuran yodium dan kalium permanganate 100 ppm selama satu jam untuk membunuh bakteri atau mengobati luka. Selain itu direndam dalam air tawar selama 30 menit untuk membasmi parasit yang biasa menyerang mata. Induk dipelihara dalam bak beton 10 ton dengan kepadatan maksimal 50 ekor atau 25 pasang dengan pergantian air 200-300 % perhari dan dilengkapi aerasi (Ketut Sugama,1998).
3.3.4. Pakan Induk     
Pakan sangat menentukan dalam pertumbuhan induk sehingga diperoleh telur yang berkualitas baik. Makanan yang diberikan selama pemeliharaan induk Kerapu dapat berupa ikan rucah segar (tembang, lemuru, selar) dan cumi-cumi. Untuk mendapatkan kualitas pakan yang baik dapat ditambahkan protein yang dibuat berupa pellet basah dari tepung ikan, tepung kedelai, yang dimasukkan kedalam cumi-cumi serta penambahan beberapa vitamin. Pemberian pakan secara perlahan-lahan sampai induk berhenti makan (kenyang). Oleh karena itu kualitas dan kuantitas pakan merupakan faktor penting untuk memproduksi dalam keadaan sehat dan bermutu (Tridjoko,2000).
3.3.5. Teknik Pemijahan
Ikan kerapu bebek memijah sepanjang tahun, pemijahan pada ikan Kerapu Bebek pada dasarnya dapat dibagi dua cara yaitu pemijahan secara alami dan pemijahan buatan, sedangkan pemijahan secara buatan ada dua sistem yaitu sistem manipulasi lingkungan dan sistem rangsangan hormon. Injeksi hormon LHRH-A pada dosis 50  g cukup efektif untuk pematangan gonad dan pemijahan Kerapu Bebek (Slamet et al,1999).
Sex ratio induk Kerapu Bebek 1 jantan : 2 betina, induk berhasil memijah selama 5-8 hari/bulan dengan jumlah telur antara 1,304.000-12.318.000 butir dan daya tetas telur antara 0-90 %. Waktu inkubasi telur Kerapu antar 16-20 jam pada suhu 28 - 32 0C dan salinitas 30 - 34 ppt. Pemijahan Kerapu Bebek terjadi pada malam hari yaitu antara pukul 23.00 - 04.00  wita. Pada suhu air antara 27 – 30 0C dan salinitas 31 – 33 ppt.
3.3.6. Penetasan Telur
Menurut Ketut Sugama, dkk. 1998 telur ikan Kerapu Bebek yang telah dibuahi akan mengapung dibagian permukaan aor, olej karenanya bak pemijahan induk dirancang dengan sistem pembuangan air permukaan sekaligus berfungsi untuk membuang kotoran dari sisa pakan. Diluar bak, yaitu pembuangan air bagian atasnya dibuat bak penampungan telur yang dilengkapi dengan saringan atau tempat penampungan telur (Egg Colektor) berukuran 500 – 600 mikron.
Kolektor telur harus terendam terus dalam air, sehingga telur yang terbawa oleh air permukaan akan terkumpul dalam kolektor telur, sehingga telur mudah dipindahkan dalam bak inkubasi untuk penetasan lebih lanjut. Kadar garam air laut dalam bak inkubasi dan pembesaran larva berkisar antara 31 – 34 ppt dan suhu berkisar antara 27 – 29 oC. Dengan kondisi ini telur akan menetas setelah 16 -18 jam pembuahan. Karena larva yang baru menetas sangat ringkih dan rentan terhadap sentuhan benda lain, maka disarankan untuk menetaskan telur langsung dalam bak pembesaran larva.

3.3.7. Pemeliharaan Larva
Menurut Matsuda H. (1998) bahwa larva yang dipelihara dapat langsung dari telur yang telah diseleksi atau telur yang telah diinkubasi terlebih dahulu dan setelah menetas baru ditebar atau dipindahkan kebak pemeliharaan larva. Sebelum telur ditebar terlebih dahulu dilakukan aklimatisasi suhu dan salinitas sehingga larva yang ditebar tidak mengalami stres. Padat penebaran yang dipakai adalah 10 ekor/liter.
Monitoring kualitas air dilakukan untuk menjaga kualitas air media pemeliharaan agar tidak mengalami goncangan, dan kalaupun terjadi goncangan dapat diatasi sejak dini sehingga larva ikan Kerapu Bebek tidak mengalami stres. Pengelolaan kualitas air dilakukan dengan sistem pergantian air dan sirkulasi air setiap hari (Muhammad Murdjani, 1997) dan menambahkan Chlorella sebagai green water (Matsuda H. et al.,1998).
3.3.8. Pemberian Pakan
Dalam pemeliharaan larva, keberhasilan larva untuk memanfaatkan pasok pakan dari luar terutam pada saat cadangan makanan dari dalam tubuh sudah habis merupakan kunci bagi kelangsungan hidup bagi larva selanjutnya. Menurut Tridjoko (2000), masa kritis pertama terjadi pada saat larva mulai buka mulut sampai pada saat kuning telur habis terserap.
Pakan yang dipersiapkan untuk larva ikan kerapu terdiri dari pakan alami dan pakan buatan : Pakan alami yang dipersiapkan melalui kultur massal secara terpisah seperti Chlorella Sp. ; rotifera (Brachionus plicatilis);  Artemia dan jambret (Mysidaceae).  Sedangkan pakan buatan diberikan untuk melengkapi kebutuhan nutrisi larva jika pakan alami tidak mencukupi Pemberian pakan ini sampai larva berumur 16 hari dengan penambahan secara bertahap rotifera sampai kepadatan 5 ~ 10 ekor/ml plytoplankton 105 – 2.105 sel/ml media ( Syamsul Akbar, dkk 2002 )
Umur 9 hari mulai diberi pakan naupli artemia yang baru menetas dengan kepadatan 0,25 ~ 0,75 ekor/ml media, pakan diberikan sampai larva berumur 25 hari dengan peningkatan kepadatan mencapai 2 ~ 5 ekor/ml media. Umur 17 hari larva dicoba diberi pakan artemia yang telah berumur 1 hari kemudian secara bertahap diubah dari artemia berumur 1 hari ke artemia setengah dewasa dan akhirnya artemia dewasa sampai larva berumur 50 hari. Setelah larva berumur 29 – 31 hari berubah menjadi benih aktif, menyerupai kerapu dewasa. Pada saat ini mulai dicoba pemberian pakan dengan cincangan daging ikan ( Syamsul Akbar , dkk 2002 )
Pakan yang digunakan adalah pellet komersial dengan penambahan probiotik 1 mg / kg pakan untuk perlakuan (A); 2 mg/kg pakan (B); 3 mg/kg pakan (C) dan kontrol ( tanpa penambahan probiotik)  dengan tanpa ulangan.  Pakan diberikan 3 – 4 kali sehari secara ad libitum (sampai kenyang).  Pakan yang terkonsumsi dicatat setiap harinya untuk mengetahui FCR pada akhir masa pemeliharaan.  Untuk meningkatkan daya tubuh ikan, selama pemeliharaan   diberikan vitamin C dengan dosis 2 gram/kg pakan dan multivitamin 3 gram/kg pakan, seminggu sekali ( Aslianti T ,dkk 1998 )
Ikan Kerapu bebek merupakan hewan karnivor yaitu jenis ikan pemakan daging sebagaimana jenis kerapu dewasa lainnya yang memakan  ikan-ikan kecil dan krustacea sedangkan untuk benih  memangsa larva  moluska (trokovor), kopepoda, zooplankton, cephalopoda dan rotivera. Sebagai ikan karnivor kerapu cenderung menangkap mangsa yang aktif bergerak di dalam kolong air, kebiasaan makan kerapu  malam dan siang hari dan lebih aktif pada waktu fajar dan senja hari (Tampubolon dan Mulyadi, 1989)
3.3.9. Pengendalian Penyakit dan Hama Pada Pendederan Kerapu Bebek
Secara umum penanganan penyakit meliputi tindakan diagnosa, pencegahan dan pengobatan.  Diagnosa yang tepat diperlukan dalam setiap rencana pengendalian penyakit, termasuk pengetahuan mengenai daur hidup dan ekologi organisme penyebab penyakit. Diagnosa yang tepat akan menghasilkan kesimpulan yang tepat dan tindakan penanggulangan yang lebih terarah.
Tindakan pencegahan sebenarnya merupakan tujuan utama dalam rencana pengendalian penyakit.  Tindakan ini meliputi  :
-       mempertahankan kualitas air tetap baik
-       mengurangi kemungkinan penanganan yang kasar
-       pemberian pakan yang cukup, baik mutu, ukuran maupun jumlahnya
-       mencegah menyebarnya organisme penyebab penyakit dari bak pemeliharaan yang satu ke bak pemeliharaan yang lain.
Pengobatan sebaiknya merupakan usaha akhir jika tindakan pencegahan tidak memberikan hasil yang memuaskan. Efek samping dari pemberian obat-obatan kadang malah menimbulkan masalah, seperti terjadinya resistensi terhadap ikan dan kemungkinan meninggalkan residu yang tidak diharapkan.
a)    Penyakit Parasiter
Jenis parasit yang sering menyerang ikan kerapu pada tingkat pendederan adalah sejenis kutu ikan golongan crustacea, cacing pipih golongan trematoda, protozoa dan tricodina.
-  Kutu Ikan
Parasit sejenis kutu, bentuknya seperti Argulus yang merupakan golongan Crustacea, banyak menyerang pada pendederan kerapu.   Parasit ini berbentuk pipih seperti kutu, berukuran 2–3 mm, menempel pada permukaan tubuh ikan terutama pada bagian kulit dan sirip. Serangan dalam jumlah besar akan mengakibatkan kematian, karena parasit ini menghisap darah ikan dan mengakibatkan tubuh mangsanya berlubang, sehingga ikan mudah terkena infeksi sekunder yaitu jamur dan bakteri.
Gejala yang diperlihatkan adalah : ikan berenang lamban, nafsu makan menurun, sisik mudah lepas, I            nsang berwarna merah pucat, terdapat luka pada bagian tubuh ikan dan sering menggesek-gesekkan tubuhnya ke sisi jaring/bak atau berenang miring seolah-olah ikan merasa gatal.  Pencegahan yang dapat dilakukan untuk menghindari serangan parasit ini adalah dengan memisahkan ikan yang terserang dari ikan yang sehat, agar  tidak tertulari.  Sedikitnya dua minggu sekali ikan direndam dalam air tawar selama 10–15 menit. 
Pada waktu perendaman, parasit yang menempel akan lepas dan mati. Parasit yang mati akan terlihat jelas yaitu berwarna putih transparan. Pengobatan ikan yang baru terserang parasit ini cukup dengan cara perendaman tersebut. Biasanya ikan sembuh setelah 2–3 hari kemudian. Jika ikan telah mengalami luka-luka dapat dilakukan perendaman dalam air tawar, kemudian dilanjutkan dengan perendaman didalam larutan acriflavin 10 ppm/jam. (Kurniastuty, dkk 2004)
-  Cacing Pipih
Jenis cacing pipih yang biasanya menyerang adalah Diplectanum sp. yang merupakan golongan Trematoda. Gejala yang diperlihatkan adalah : nafsu makan berkurang, warna pucat baik pada tubuh maupun insang, produksi lendir tinggi, ikan berenang di permukaan air serta megap-megap dengan tutup insang terbuka dan sering menggosok-gosokkan tubuh ke bak pemeliharaan.
Umumnya serangan parasit ini sering bersamaan dengan penyakit vibriosis. Untuk menanggulangi serangan cacing jenis ini dapat dilakukan perendaman dengan air tawar selama 15 menit kemudian untuk mengantisipasi adanya infeksi sekunder direndam acriflavin 10 ppm selama 1 jam.  Biasanya ikan akan sembuh setelah 4–6 hari perawatan.
-  Protozoa
Jenis protozoa yang biasa menyerang adalah Cryptocarion irritans. Penyakit yang ditimbulkannya disebut Cryptocarioniasis. Gejala yang diperlihatkan    adalah : terdapat bintik putih yang terlihat berbentuk titik yang cukup dalam, terdapat luka yang tersebar dan terjadi pendarahan pada kulit bagian dalam, pendarahan ini kemungkinan disebabkan karena ikan menggesek-gesekkan tubuhnya ke bak yang diakibatkan oleh rasa gatal dibagian kulit yang terserang. Ikan yang terserang akan kehilangan nafsu makan, mata membengkak, sisik-sisiknya lepas dan kadang terjadi pendarahan pada kulitnya dan terjadi pembusukan pada bagian sirip akibat terinfeksi bakteri/infeksi sekunder.
Untuk menanggulangi serangan tersebut dapat dilakukan dengan cara perendaman baik menggunakan air tawar selama 15 menit atau methylene blue 0,1 ppm selama 30 menit. Perendaman dapat diulang sebanyak 2–3 kali. Sedangkan terhadap infeksi sekunder seperti pembusukan sirip dapat dicegah dengan menggunakan acriflavin 10 ppm/jam. Tindakan yang perlu dilakukan agar penyakit ini tidak menyebar adalah dengan cara mengisolasi ikan yang sakit sejauh mungkin dari ikan yang sehat. Ikan-ikan yang mati atau sakitnya parah harus segera diambil dan dimusnahkan. Selain itu pengobatan harus dilakukan sedini mungkin begitu terlihat tanda-tanda ada ikan yang sakit.
-  Tricodina
Penyakit yang disebabkan oleh Tricodina sp. disebut tricodiniasis.  Gejala dan penanggulangannya hampir sama dengan penyakit yang disebabkan oleh Cryptocarion irritans, tetapi jarang terjadi kerusakan pada kulit.
b)    Penyakit Bakterial
-   Myxobacter sp. dan Pseudomonas sp.
Beberapa jenis bakteri yang menyebabkan penyakit pada ikan pendederan kerapu adalah: Myxobacter sp. dan Pseudomonas sp. Penyakit yang ditimbulkannya disebut penyakit sirip rontok (Bacterial Fin Rot). Umumnya gejala yang diperlihatkan adalah : adanya kerusakan terutama pada bagian siripnya. Penanggulangan penyakit ini dapat dilakukan dengan perendaman air tawar selama 15 menit atau Nitrofurazon 15 ppm selama 4 jam. Perendaman dilakukan selama 3 hari berturut-turut.
-  Bakteri Vibrio
Bakteri ini biasanya muncul sebagai patogen sekunder yang timbul kemudian akibat infeksi primer oleh protozoa.  Bakteri penyebabnya adalah Vibrio sp. dan penyakitnya disebut Vibriosis. Gejala yang diperlihatkan adalah: nafsu makan kurang, terjadi kelesuan, pembusukan pada sirip (fin rot), mata menonjol (popeye) dan terjadi pengumpulan cairan pada perut (perut kembung). Pengobatan dapat dilakukan melalui makanan, yaitu dengan pemberian 0,5 gr Oxytetracyclin/kg pakan selama 7 hari atau bila ikan tidak mau makan dapat dilakukan perendaman dengan Acriflavin 5–7 ppm selama 1 jam.
c)    Penyakit Viral
Seperti halnya pada larva, penyakit virus juga merupakan penyebab kematian terbesar pada ikan kerapu ukuran pendederan. Kematian terjadi secara tiba-tiba dengan jumlah yang cukup besar hingga mencapai 80 %. Penyakit virus yang pernah ditemukan pada ikan kerapu ukuran pendederan adalah VNNV (Viral Nervous Necrosis Virus).  Gejala yang ditunjukkan adalah : ikan berenang tidak beraturan, berputar-putar seperti spiral, hilang keseimbangan/berenang terbalik, sering menghentakkan kepala ke permukaan air secara sporadik serta hilang nafsu makan.  Seperti halnya pada larva penanggulangan penyakit virus pada ikan pendederan hingga saat ini belum dapat dilakukan.  Untuk mencegah terjadinya kematian yang besar pada ikan adalah dengan cara meningkatkan daya tahan ikan, yaitu melalui pemberian pakan yang berkualitas serta pemberian vitamin dan multivitamin dengan dosis 1 % dari pakan.
d)  Penyakit  Non Patogenik
Seperti halnya pada pemeliharaan larva, faktor non patogenik juga merupakan penyebab timbulnya penyakit pada ikan ukuran pendederan. Faktor non patogenik yang menyebabkan timbulnya penyakit adalah faktor lingkungan dan penyakit yang tidak diketahui penyebabnya, seperti sindrom gelembung renang. Faktor lingkungan erat kaitannya dengan kualitas air. Faktor lingkungan yang dapat mempengaruhi kualitas air pada pemeliharaan ikan ukuran pendederan adalah kelimpahan plankton, musim dan pencemaran..
Larva yang sehat sebelum ditebar ke dalam bak sangat penting untuk dilakukan. Di dalam tempat pemeliharaan, seperti KJA, tangki, atau bak jenis ikan ini sering menjadi sasaran berbagai parasit, bakteri, dan virus. Parasit yang paling sering dijumpai adalah Benedenia dan Neobenedenia yang hidup di kulit maupun insang. Serangan parasit ini dapat diatasi dengan cara ikan direndam selama beberapa menit di dalam air tawar. Sementara, itu, jenis bakteri yang sutra menyerang sirip dan kulit kerapu adalah Flexibacter dan Vibrio Penyakit bakteri tersebut dapat diatasi dengan pemberian antibiotik seperti mytetracycline (50 mg) atau oxolinic acid (10-30 mg) per kg bobot badan ikan secara oral.
Adanya kelimpahan plankton di perairan dapat menyebabkan kematian pada ikan, terutama pendederan yang dilakukan di KJA, karena ikan kekurangan oksigen. Kematian ikan terjadi akibat peningkatan jumlah plankton yang besar (blooming plankton) biasanya adalah plankton jenis diatom dan dinoflagellata. Beberapa jenis plankton bahkan dapat mengeluarkan racun yang dapat membahayakan kehidupan ikan. Kesuburan plankton tidak dapat dicegah sejauh faktor-faktor yang mempengaruhi tidak diketahui.
Faktor iklim juga dapat menyebabkan penyakit. Pada musim penghujan, saat air hujan turun salinitas perairan mengalami penurunan hingga 29 ppt dan bertepatan dengan hal tersebut temperatur air juga mengalami penurunan. Sampai sejauh ini faktor-faktor tesebut belum dapat diketahui pengaruhnya secara langsung terhadap kesehatan ikan(Kurniastuty, dkk, 2004).
3.3.10. pemanenan
Masa panen ikan Kerapu Bebek disesuaikan dengan ukuran ikan yang diminati pasar, yakni dengan berat antara 500 – 800 gram. Waktu pemeliharaan yang dibutuhkan untuk mencapai ukuran tersebut adalah sekitar 4-7 bulan tergantung pada ukuran bibit. Proses panen harus dilakukan secara teliti karena luka pada ikan dapat menurunkan harga. Agar ikan tidak mengalami stres, sebaiknya lakukan pemanenan pada saat pagi atau sore hari.
Pada hari pemanenan,  pemberian pakan dihentikan.Selanjutnya tali pemberat pada karamba dilepas dan  jaring diangkat perlahan-lahan.Setelah itu ikan dipindahkan ke atas kapal yang dilengkapi palka khusus untuk menampung ikan. Atau langsung dikemas di atas rakit secara tertutup menggunakan plastik berisi air dan oksigen. Setiap plastik  berisi 5-6 ekor ikan, diberi obat penenang dan desinfektan, lalu diangkut ke darat.
Panen dapat dilakukan secara selektif (sesuai dengan keinginan konsumen) maupun secara keseluruhan pada saat permintaan pasar sedang melonjak. Selanjutnya adalah proses distribusi dari tempat budidaya ke tangan para konsumen. Proses ini berkaitan dengan lokasi budidaya yaitu akses jalan untuk kendaraan pengangkut. Untuk proses pengakutan dapat menggunakan drum  plastik yang berisi 2/3 air laut dengan jumlah kepadatan ikan ± 50 ekor/drum.
3.4 Pemasaran
3.4.1. Pengertian Pemasaran Dan Penjualan
Pengertian pemasaran menurut beberapa ahli adalah sangat beragam, namun yang jelas dari definisi yang saya pahami bahwa pemasaran sangat berbeda dengan penjualan. Kebanyakan orang menyamakan pemasaran dengan penjualan. Pemasaran adalah proses manajerial yang dilakukan oleh individu ataupun kelompok dalam memperoleh kebutuhan dan keinginan mereka, dengan cara membuat dan mempertukarkan produk dan nilai dengan pihak lain (Kotler dan Amstrong, 2000; Simamora, 2001 : 1).
Jadi, tujuannya adalah untuk memenuhi kebutuhan dan keinginan individu maupun organisasi. Ma’ruf (2006 : 3-5), bahwa pemasaran adalah kegiatan memasarkan barang atau jasa umumnya kepada masyarakat. Aktivitas pemasaran bermula dari pengamatan kebutuhan konsumen. Kalau kita amati uraian pengertian pemasaran tersebut, kegiatan pemasaran diawali dari kebutuhan atau keinginan konsumen. Berdasarkan kebutuhan atau keinginan konsumen, barulah dibuat produk. Sedangkan kegiatan penjualan, diawali dengan membuat produk, dan dengan gencar berusaha bagaimana produk tersebut laku dijual.
Dalam kegiatan pemasaran dituntut kreatifitas lebih dominant daripada promosi. Sedangkan pada kegiatan penjualan, promosi lebih dominant bahkan sampai menipu konsumen, yang penting produk terjual habis. Kalau kita menerapkan kegiatan pemasaran maka kepuasan konsumen akan menjadi harapan atau tujuannya. Sebaliknya penjualan, tidak memperhatikan kepuasan konsumen yang penting barang terjual habis.
Jika kita menerapkan kegiatan pemasaran, maka kontinuitas kegiatan akan terjamin. Tanpa pemasar (marketer) berusaha mencari pembeli untuk membeli barangnya, pembeli akan datang atau mencari marketer atau produsen. Yang ditekankan disini bahwa jika pemasaran berawal dari kebutuhan dan keinginan konsumen, maka kebutuhan atau keinginan tersebut menyangkut kebutuhan akan keamanan pangan terhadap kesehatan manusia dan lingkungan.
Dengan demikian, kebutuhan masyarakat tersebut tidak hanya dari aspek ekonomi yaitu bagaimana memilih kebutuhan yang sesuai dengan kemampuan ekonomi konsumen, namun lebih dari itu adalah adanya keseimbangan antara ekonomi, sosial dan ekologi. Merujuk pada norma atau kaidah-kaidah pengelolaan perikanan yang bertanggung jawab yang dinyatakan bahwa pengelolaan perikanan adalah proses yang terintegrasi mulai dari pengumpulan informasi, analisis, perencanaan, konsultasi, pengambilan keputusan, alokasi sumberdaya, formulasi dan implementasi, disertai dengan pengamanan seperlunya terhadap peraturan yang berlaku demi menjaga kelangsungan produksi dan pencapaian tujuan pengelolaan lainnya (FAO dalam Martosubroto, 2002).
Pengelolaan perikanan tersebut secara internasional harus mengacu pada prinsip-prinsip pengelolaan perikanan yang bertanggung jawab (The Code of Conduct Responsible Fisheries/CCRF) Beberapa aspek pengelolaan yang perlu diperhatikan dilihat dari beberapa aspek adalah biologi dan lingkungan (keterbatasan sumberdaya, factor lingkungan dan pertimbangan keragaman hayati dan aspek ekologi lainnya), teknologi (alat penangkapan dan alat Bantu penangkapan, kapal, pasca panen), sosio-ekonomi, aspek kelembagaan, hukum, jangka waktu dan pendekatan kehati-hatian.
Komponen pokok dalam pengelolaan : data dan informasi (data yang benar dan tepat waktu), kerangka kelembagaan dan hukum meliputi otoritas pengelolaan (termasuk MCS=Monitoring, Controlling and Surveillance), hukum yang mendukungnya dan pihak yang berkepentingan (stakeholders). Dengan demikian manajemen pemasaran produk perikanan yang bertanggung jawab, aspek yang perlu diperhatikan juga sama yaitu sosial, ekonomi dan ekologi.
3.4.2. Strategi Pemasaran Produk Perikanan
Strategi pemasaran atau bauran pemasaran (marketing mix) adalah alat perusahaan untuk memperoleh respon yang diinginkan. Strategi pemasaran adalah salah satu upaya untuk mengoptimalkan proses pemasaran. Prinsip pemasaran adalah pencapaian tujuan suatu organisasi tergantung pada seberapa mampu perusahaan/marketer memahami kebutuhan dan keinginan pelanggannya dan memenuhi dengan cara yang lebih efisien dan efektif dibanding pesaing.
Berangkat dari prinsip tersebut, seorang pemasar pertama kali harus memusatkan perhatiannya pada pelanggan untuk mencari tahu kebutuhan dan keinginan mereka. Jadi, dalam hal ini kebutuhan dan keinginan pelanggan menempati titik sentral. Perusahaan atau marketer harus paham betul kebutuhan dan keinginan pelanggannya. Perlu diingat kembali bahwa pelanggan adalah orang-orang yang berkuasa untuk memutuskan untuk membeli atau tidak membeli suatu produk. Jadi, pelanggan adalah bagian dari pasar, karena yang disebut pasar adalah pembeli itu sendiri baik pembeli aktual maupun potensial.
Pasar sangatlah beragam berarti keinginan pembeli juga beragam. Fakta ini membuat perusahaan atau marketer tidak mungkin memenuhi semua kebutuhan dan keinginan pasar. Dengan demikian, apa yang harus dilakukan perusahaan atau marketer kalau ternyata selera pasar sangat beragam? Pertama, perusahaan harus mengelompokkan pasar terlebih dahulu. Dengan kata lain perusahaan harus menentukan pelanggan sasaran (target customers). Untuk produk perikanan dan kelautan, target customers ini misalnya untuk anak-anak, orang dewasa, balita, masyarakat kelas sosial bawah, menengah, atas, dsb.
Anak-anak saat ini suka jajan ”tempura ikan”, maka perusahaan membuatlah tempura ikan yang bergizi dan aman di konsumsi anak-anak. Artinya tidak mengandung bahan kimia yang berbahaya di konsumsi anak-anak dan manusia pada umumnya. Kedua, perusahaan harus memancing agar pasar sasaran memberikan respons yang diinginkan oleh perusahaan. Jadi, bagaimana caranya supaya pelanggan merasa bahwa produk yang kita buat atau pasarkan adalah yang cocok bagi mereka. Apa saja respon yang diinginkan perusahaan? Respons tersebut adalah pasar sasaran mengenal, menyukai, menjadikan produk sebagai pilihan, membeli produk dan menjadi pelanggan yang loyal terhadap produk.
Untuk memperoleh respon tersebut perusahaan harus menciptakan produk yang sesuai dengan kebutuhan dan keinginan pasar sasaran, menetapkan harga yang sesuai (tidak terlalu mahal dan tidak terlalu murah) bagi pasar sasaran, menyediakan produk pada tempat-tempat yang biasanya didatangi pasar sasaran dan melalukan promosi yang format dan metodenya mengena dengan pasar sasaran. Alat yang bisa dikontrol oleh perusahaan dan diarahkan untuk memperoleh respons yang diinginkan dari pasar sasaran yang meliputi produk (product), harga (price), tempat (place) dan promosi (promotion) yang disebut 4 P yang dikenal dengan bauran pemasaran (marketing mix).
 3.4.3. Bauran Pemasaran (Marketing Mix) Produk Perikanan Dan Kelautan (Agribisnis Dan Agroindustri)
Jika kita menentukan target customer kita adalah kelas atas. Strategi produk kita adalah bagaimana membuat kerapu bebek tersebut menjadi olahan yang cocok atau sesuai yang dibutuhkan kelas atas. Misalnya, dengan daya kreasi bahwa ikan kerapu tidak hanya bisa digoreng, tetapi dapat dibuat produk olahan sosis kerapu, steak kerapu, nugget kerapu, kerapu asam manis, tempura kerapu, dll. Jika target kita untuk memproduksi olahan kerapu menjadi sosis, steak, atau nugget, maka yang dibutuhkan adalah ikan kerapu ukuran besar yaitu size 2, karena yang dibutuhkan dagingnya dan untuk steak kerapu perlu fillet ikan kerapu dan hanya bisa dilakukan fillet pada ukuran kerapu yang besar.
Untuk strategi harga, seperti telah diuraikan sebelumnya, bagaimana menentukan harga kerapu goreng penyet, sosis kerapu, nuget kerapu, steak kerapu, kerapu asam manis tersebut sesuai artinya tidak terlalu mahal dan murah. Tentunya harga tersebut juga erat kaitannya dengan strategi tempat (place). Untuk steak kerapu dan kerapu asam manis yang terget customernya kelas menengah ke atas tentunya tempat menyesuaikan misalnya di restoran yang lebih tinggi tingkatannya daripada warung. Sosis kerapu dan nuget kerapu dapat menerobos mini market, supermarket, atau dijual ke kantor-kantor yang merupakan target customer menengah ke atas dan orang sibuk yang tidak sempat memasak sendiri.
Strategi promosi diperlukan untuk kelas menengah ke atas, sedangkan kelas bawah tidak perlu promosi. Hal ini disebabkan bahwa promosi perlu dilakukan untuk merubah image kelas menengah ke atas terhadap kerapu, dengan tujuan semua kalangan menyukasi dan mempersepsi baik terhadap produk kerapu. Bagaimana strategi produk kerapu segar dan olahannya yang dapat dikonsumsi oleh kelas bawah juga. Dengan demikian pasar domestik banyak menyerap produk kerapu segar dan olahannya.
Selama ini kerapu segar sebagian besar di eksport. Kendala untuk mengeksport sangat banyak, mulai kualitas produk, kemasan, harga, pengiriman, dll. Dengan permintaan kerapu pasar domestik tinggi maka kendala eksport kerapu akan teratasi. Produksi kerapu budidaya akan habis terjual di pasar domestik. Berkaitan dengan marketing mix, point apa saja yang harus menjadi perhatian pada produk perikanan dan kelautan? Bagaimana seorang marketer atau perusahaan menyikapi hal ini dikaitkan dengan marketing mix.

3.4.3.1. Produk (Product)
·         Produk adalah segala sesuatu yang dapat ditawarkan oleh individu rumah tangga maupun organisasi ke dalam pasar untuk diperhatikan, digunakan, dibeli maupun dimiliki. Bagaimana variasi produk berbasis lele, apakah hanya satu jenis saja misal tempura, atau diupayakan beberapa jenis olahan yang dapat diterima semua baik anak-anak, ibu-ibu dan bapak-bapak.
·         Bagaimana kualitas produk olahan lele, apakah tinggi, sedang atau rendah. Sebaiknya kualitas olahan lele kualitas, selain penampilan fisik produk juga diperhatikan dari sisi keamanan pangan. Bahan-bahan untuk mengolah termasuk produk yang aman untuk dikonsumsi.
1.      Bagaimana desain produk
2.       Apa mereknya
3.       Fitur apa yang perlu ditampilkan pada produk
4.       Kemasan bagaimana
5.       Ukurannya bagaimana
6.       Apakah perusahaan menerima produk yang rusak, dll
3.4.3.2. Harga (Price)
Harga adalah sejumlah nilai yang dipertukarkan untuk memperoleh suatu produk. Untuk menetapkan sembarang harga adalah mudah. Menentukan harga yang tepat adalah sulit. Harga yang tepat yaitu tidak terlalu mahal di mata konsumen, masih memeberikan keuntungan bagi perusahaan dan tidak menjadi kelemahan perusahaan di mata pesaing. Sehubungan dengan harga, banyak hal yang harus dipikirkan oleh perusahaan yaitu :
1.      Berapa tingkat harga yang ditetapkan
2.      Seberapa bebas perantara dalam menetapkan harga, karena umumnya perantaralah (bukan produsen) yang berhubungan dengan konsumen akhir.
3.      Berapa harga minimum dan maksimum yang bisa diterapkan oleh perantara (allowances)
4.      Berapa lama jangka waktu pembayaran
5.      Bagaimana persyaratan-persyaratan untuk pembelian secara kredit

3.4.3.3. Tempat (Place)
Tempat adalah lokasi dimana konsumen biasanya membeli produk tersebut. Misalnya tempat menjual lele penyet di warung, tempura lele di sekolah-sekolah, sosis, nuget lele di mini market, super market, steak lele dan lele asam manis di restoran, dst. Tempat yang dimaksud dalam bauran pemasaran adalah menyediakan produk kepada konsumen pada tempat yang tepat, kualitas yang tepat dan jumlah yang tepat. Hal-hal yang perlu direncanakan berkaitan dengan tempat adalah
1. Saluran pemasaran
2. Cakupan pasar
3. Keanekaragaman produk (assortment)
4. Lokasi
5. Manajemen persediaan
6. Transportasi dan logistik
3.4.3.4. Promosi (Promotion)
Promosi adalah kegiatan-kegiatan untuk mengkomunikasikan kelebihan-kelebihan produk dan membujuk konsumen untuk membelinya. Respons yang diharapkan dari pasar sasaran juga dipengaruhi oleh kegiatan promosi. Hal-hal yang perlu direncanakan berkaitan dengan tempat adalah :
1. Apa sasaran yang ingin dicapai melalui promosi
2. Berapa anggaran yang diperlukan
3. Apa pesan yang ingin disampaikan
4. Apa metode promosi yang digunakan, apakah iklan, personal selling, hubungan masyarakat, promosi penjualan ataukah pemasaran langsung.

3.4.4. Pemilihan Pasar Sasaran (Target Market)
Target market adalah bagian pasar yang dijadikan sebagai tujuan pemasaran. Perusahaan dapat mencapai tujuannya hanya kalau memahami kebutuhan dan keinginan konsumen dan mampu memenuhinya dengan cara yang lebih efisien dan efektif dibanding pesaing. Konsekuensinya adalah perusahaan harus memahami betul siapa pasar sasarannya, sekaligus bagaimana perilaku mereka.
Untuk menemukan target market, ada empat kegiatan yang perlu dilakukan oleh perusahaan yaitu (1) mengukur dan memperkirakan permintaan; (2) mensegmentasi pasar (market segementation); memilih pasar sasaran (market tergeting); dan menentukan posisi pasar (market positioning).
3.4.1. Mengukur dan Memperkirakan Permintaan Produk Perikanan dan Kelautan
Ada dua cara untuk memperkirakan permintaan produk perikanan dan kelautan yaitu dengan (1) pendekatan fundamental yaitu mengukur dan memperkirakan permintaan dengan cara menganalisis faktor-faktor yang mempengaruhi permintaan, seperti pertumbuhan pasar, pendapatan, kondisi ekonomi, gaya hidup dan lain-lain; (2) pendekatan teknis melakukan pengukuran dengan melihat kecenderungan permintaan pada masa lalu, yang dianalisis secara statistik untuk mengukur besarnya permintaan saat ini dan masa yang akan datang.

3.4.2.Segmentasi Pasar
Segmentasi pasar adalah proses untuk menggolong-golongkan pasar ke dalam segmen-segmen. Segmen adalah sekumpulan konsumen yang memberikan respons yang sama terhadap stimuli pemasaran tertentu. Segmentasi pasar dapat didasarkan pada:
1. Geografis : tempat tinggal, kota, wilayah, dst.
2. Demografis : jenis kelamin, umur, pekerjaan, pendapatan, dst.
3. Psikografis : gaya hidup, kepribadian, kelas sosial.
4.  Perilaku : tingkat penggunaan, manfaat yang dicari, saat menggunakan, dst.
3.4.3. Pemilihan Pasar Sasaran
Setelah mensegmentasi pasar, perusahaan harus memilih segmen mana yang menjadi pasar sasaran. Sasaran ini bisa satu segmen, beberapa segmen, malah seluruh segmen.
3.4.4. Penentuan posisi pasar
Setelah menetapkan kalangan mana yang menjadi sasaran, perusahaan perlu memperkuat kehadiran perusahaan pada kalangan tersebut. Untuk itu perusahaan perlu membentuk posisi produk. Posisi produk adalah suatu tempat yang diduduki produk secara relatif terhadap pesaing. Perlu saya sampaikan disini, bahwa tempat disini bukanlah ruang (space) secara fisik, melainkan tempat berupa image di dalam ruang benak konsumen. Seperti yang telah diuraikan sebelumnya bahwa kendala pemasaran produk perikanan dan kelautan adalah sangat erat berkaitan dengan image produk misalnya lele jenis ikan rendah, udang mahal, udang prestise, ikan membuat alergi, ikan baunya amis, ikan mengolahnya merepotkan, ikan hanya bisa digoreng, dan lain-lain.
Untuk mendapat image yang baik sesuai dengan target market dan segmentasi pasar, maka untuk kerapu bebek, bagaimana merubah image kerapu bebek tidak mahal dan kerapu dapat dikonsumsi oleh berbagai kalangan, sehingga produk udang terserap untuk memenuhi pasar domestik. Bagaimana merubah image bahwa tidak semua ikan membuat alergi, ikan tidak amis, ikan tidak merepotkan dalam memasak, ikan tidak hanya digoreng melainkan banyak alternatif jenis olahan ikan. Semua itu perlu daya kreatifitas produsen dan marketer untuk memenuhi kebutuhan dan keinginan konsumen.
3.5 Perilaku Konsumen
Perilaku konsumen adalah tindakan yang langsung terlibat dalam mendapatkan, mengkonsumsi, dan menghabiskan produk dan jasa, termasuk proses keputusan yang mendahului dan menyusuli tindakan ini. Bitta dan Loudan dalam Simamora (2003 : 80), mengatakan bahwa perilaku konsumen adalah proses pengambilan keputusan dan mengajak aktivitas individu dalam mengevaluasi, memperoleh, menggunakan atau mengatur barang dan jasa.
Kotler dan Amstrong (1997), mengatakan bahwa perilaku konsumen adalah perilaku pembelian akhir, baik individu maupun rumah tangga, yang memebeli produk untuk konsumsi personal. Riniwati (2005), mengatakan bahwa perilaku knsumen adalah bagaimana konsumen membuat keputusan tentang pemilihan diantara berbagai macam barang yang akan dibeli dan berapa jumlahnya. Demikian juga Hunt (1983), mengatakan perilaku konsumen adalah proses pengambilan keputusan dalam pembelian barang.
Beberapa faktor yang mempengaruhi perilaku konsumen anta lain :
1. Psikologi (motivasi, persepsi, learning, kepercayaan, sikap)
2. Personal (usia, tahap daur hidup, jabatan, keadaan ekonomi, gaya hidup, kepribadian, konsep diri)
3. Sosial (kelompok rujukan seperti teman kampus, persekutuan doa, pengajian, perkumpulan olah raga, dll)
4. Kebudayaan (kultur, sub kultur, kelas sosial)
5. Proses Keputusan Membeli
6. Model Perilaku Konsumen (Simamora, 2003 : 99)
3.6. Strategi pemasaran ikan kerapu yang dilakukan oleh nelayan ikan kerapu
3.6.1. Strategi SO
Strategi Pemasaran ikan kerapuoleh nelayan dengan menggunakan seluruh kekuatan untuk memanfaatkan peluang yang ada yaitu : Mendapatkan hasil ikan yang lebih banyak dengan mendeteksi dan mengatur waktu penangkapan ikan (S1S3O1), Ikan dijual di Tempat Pelelangan Ikan di tiap-tiap daerah (S4S5O2), Memperbanyak produksi ikan hingga berhasil menjadi eksportir (S2O2O3O4)
3.6.2. Strategi WO
Strategi pemasaranan ikan kerapuoleh nelayan dengan meminimalkan kelemahan untuk memanfaatkan peluang yang ada yaitu : Perbanyak Tenaga kerja agar mendapatkan hasil tangkapan yang lebih banyak (W1W4O1O3), Tambah produksi tangkapan agar dapat dijual di daerah lain agar modal dapat tertutupi (W2O2)
3.6.3. Strategi ST
Strategi pemasaranan ikan kerapuoleh nelayan dengan menggunakan seluruh kekuatan untuk mengatasi ancaman yang ada yaitu : Perbanyak produksi dan pilih ikan yang berkualitas untuk meningkatkan harga  jual (S4S5T1T2), Mengatur waktu melaut agar bisa mengkondisikan dengan keadaan cuaca (S3T3), Mengadakan promosi ke daerah lain agar mendatangi Tempat Pelelangan Ikan (S5T4)
3.6.4. Strategi WT
Strategi pemasaranan ikan kerapu oleh nelayan dengan meminimalkan kelemahan untuk mengatasi ancaman yang ada yaitu : Mencari info ramalan cuaca (W1W5T3), Perbanyak intensitas komunikasi dengan  pedagang agar diberikan informasi yang bermanfaat (W3 T2)
3.7. Strategi pemasaran ikan kerapu yang dilakukan oleh pedagang ikan kerapu 3.7.1.Strategi SO
Strategi pemasaranan ikan kerapu oleh Pedagang dengan menggunakan seluruh kekuatan untuk memanfaatkan peluang yang ada yaitu : Mengajak Pedagang yang bukan menjual ikan kerapu agar ikut dalam mengusahakan ikan kerapu (S1S4O1O2), Memperluas Usaha di daerah lain (S2S5O2O304).
3.7.2.Strategi WO
Strategi pemasaranan ikan kerapu oleh Pedagang dengan meminimalkan kelemahan untuk memanfaatkan peluang yang ada yaitu : Memanfaatkan tenaga kerja yang ada agar ikut menangkap ikan di laut dan juga membantu memasarkan ikan kerapu (W1O1O4), Mengadakan pendidikan dan  pelatihan dengan melibatkan Dinas Perikanan (W1W2O1O4).
3.7.2.Strategi ST
Strategi pemasaranan ikan kerapu oleh Pedagang dengan menggunakan seluruh kekuatan untuk mengatasi ancaman yang ada yaitu : Memilih jenis ikan berkualitas untuk meningkatkan harga jual (S1S3T1T2), Meningkatkan promosi sampai ke luar negeri (S2S5T3).
3.7.3.Strategi WT
Strategi pemasaranan ikan kerapu oleh Pedagang dengan meminimalkan kelemahan untuk mengatasi ancaman yang ada yaitu : Mengikuti pelatihan untuk meningkatkan SDM agar tidak kalah saing (W2T1T2), Adakan kerjasama antar negara melalui bantuan pemerintah (W1W2T2T3).



















BAB IV
KESIMPULAN
4.1. Kesimpulan
Ikan kerapu bebek (Cromileptes altivelis) merupakan salah satu jenis ikan laut yang mempunyai prospek yang cerah dan layak dikembangkan sebagai ikan  budidaya laut karena mempunyai nilai ekonomis yang tinggi dipasar lokal maupun internasional. Selain itu Ikan kerapu bebek (Cromileptes altivelis) juga  potensial untuk dibudidayakan karena pertumbuhannya relatif cepat, mudah untuk dipelihara, mempunyai toleransi yang tinggi terhadap perubahan lingkungan dan dapat dikembangkan di Keramba Jaring Apung (KJA).
Dilihat dari prospek pasar ikan kerapu bebek yang merupakan sebagai salah satu komoditas unggulan, maka usaha kerapu bebek bisa menjadi salah satu  pilihan untuk di kembangkan, Ikan kerapu bebek selain untuk konsumsi juga bisa sebagai ikan hias saat ukuran benih atau pendederan (3-7 cm) karena bentuk dan warnanya yang menarik yaitu bintik-bintik kebiru-biruan agak kuning terang. Selain itu modernisasi penangkapan dan budidaya ikan kerapu akan mengurangi dampak negatif terhadap lingkungan laut khususnya rusaknya terumbu karang.
4.2. Saran
Dalam melakukan budidaya ikan kerapu bebek beberapa hal penting seperti pemilihan lokasi, pengelolaan kualitas air, pemilihan benih, pemilihan  pakan, pengendalian penyakit, panen, serta faktor-faktor lainnya uang  berpengaruh pada proses budidaya ikan kerapu bebek harus diperhatikan dan dilaksanakan dengan baik agar hasil budidaya yang didapatkan mempunyai kualitas yang sangat bagus sehingga dapat meningkatkan nilai jual dengan tetap melestarikan jenis dan lingkungan alam sekitar yang digunakan untuk budidaya.
Proses pemasaran juga tidak kalah penting agar hasil dari budidaya ikan kerapu dapat maksimal. Strategi pemasaran yang tepat harus dilalkukan dengan baik, serta mencari celah peluang pemasaran para pengusaha budidaya ikan kerapu harus jeli. Prospek yang baik dan juga permintaan ekspor yang tinggi harus di maksimalkan dengan baik, sehingga kesejahteraan masyarakat dapat meningkat.

DAFTAR PUSTAKA
                    .Kerapu ikan bebek. http://abzn.wordpress.com/2010/07/03/ikan-kerapu-bebek/
JYRAN, NURJIRANA. Teknik pembenihan ikan kerapu bebek (Cromileptes altivelis). http://nurjirana.blogspot.com/2013/09/tehnik-pembenihan-ikan-kerapu-bebek.html
                   .strategi pemasaran produk perikanan dan kelautan. http//www.berteriakbebas.blogspot.com/
Siallagan, Roberto. ANALISIS PENDAPATAN DAN STRATEGI PEMASARAN IKAN KERAPU TANGKAP (Ephinephelus tauvina) DI KABUPATEN SERDANGBEDAGAI. http://www.academia.edu/6518544/ANALISIS_PENDAPATAN_DAN_STRATEGI_PEMASARAN_IKAN_KERAPU_TANGKAP_Ephinephelus_tauvina_DI_KABUPATEN_SERDANG_BEDAGAI_ANALYSIS_OF_INCOME_AND_MARKETING_STRATEGY_CAPTURE_GROUPER_FISH_Ephinephelus_tauvina_IN_SERDANG_BEDAGAI